12  Konsep Analisis Teknikal

Teknikal Analysis Concept

Author

Andi Hermanto

Published

October 12, 2025

12.1 Pengertian Analisis Teknikal

Secara pengertian menurut ahli, Menurut Sunariyah (2003), anlisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran.

Sedangkan menurut May (2010), analisis teknikal adalah suatu metode paling dasar dalam memprediksi pergerakan harga market yang didasarkan pada kombinasi nilai harga pembukaan, harga tertinggi, harga terendah, dan harga penutupan, dengan menggunakan grafik-grafik yang terbentuk sebagai dasar utama untuk memprediksi arah pergerakan harga selanjutnya.

Dan Ong (2016) Technical analysis adalah suatu metode pengevaluasian saham, komoditas, ataupun sekuritas lainnya dengan cara menganalisis statistik yang dihasilkan oleh aktivitas pasar di masa lampau guna memprediksikan pergerakan harga di masa mendatang.

12.1.1 Analisis Teknikal

“Technical analysis is the study of market action, primarily through the use of charts, for the purpose of forecasting future price trends”

12.1.1.1 Fungsi

  1. Pendukung utama analisis fundamental
  2. Penentu “Market Timing” dan fleksibilitas dalam pemilihan saham
  3. “Maximize your gain” or “Protecting your gain”

12.1.1.2 Analisis Teknikal

  1. Analisis teknikal berguna dalam kondisi pasar yang stabil atau bervolatilitas tinggi.
  2. Saat pasar berpola trend menguat, maka analisis teknikal bermanfaat untuk memaksimalkan return Anda.
  3. Saat pasar berpola trend melemah, atau memiliki volatilitas tinggi maka analisis teknikal bermanfaat untuk memproteksi return Anda, dengan memanfaatkan celah-celah kenaikan.

12.1.1.3 Kata Pengantar mengawali Materi Teknikal Ampuh

Dalam buku Ong (2016) Sudah tidak terhitung tokoh-tokoh investasi legendaris yang membuktikan potensi luar biasa yang hanya bisa ditemui dalam dunia paper asset-mulai dari George Soros (world richest #80), Carl Icahn (#46), Li Ka-shing (#11), sampai Warren Buffett (The world’s #1 Billionaires - Forbes 2008). Paper asset mungkin adalah satu-satunya tempat yang paling demokratis di planet ini.

Dia tidak pernah mempermasalahkan investornya adalah pria atau wanita, anak muda atau orang tua, yang bergelar akademis “sepanjang kereta-api” ataupun tak lulus SD, orang Etiopia atau orang Amerika, bahkan orang “utuh” atau orang cacat. Semua sama saja di mata pasar.

Namun, pernahkah terlintas dalam pikiran Anda, jika demikian, kenapa begitu banyak cerita tentang orang-orang yang gagal di sekeliling kita? Coba Anda perhatikan…, umumnya mereka yang gagal jika diberikan pertanyaan seperti:

  • Apa time horizon Anda dalam berinvestasi?
  • Parameter apa yang Anda gunakan?
  • Kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual?
  • Saham apa yang tepat untuk dibeli atau dijual?
  • Alasan apa yang melatar-belakangi keputusan tersebut?
  • Berapa rasio risk: reward yang digunakan?
  • Apa ekspektasi Anda?
  • Dan seterusnya…….

Berapa banyak pun pertanyaan yang Anda ajukan, umumnya semua dijawab dengan jelas dan singkat: “Tidak tahu!”. Bahkan, seringkali jawaban tersebut terkesan sedikit judes. Mungkin emosi karena sudah rugi ditanyain macam-macam pula. Tetapi bagaimanapun juga, itu adalah jawaban yang jujur. Sayangnya keadaan itu yang nantinya akan membedakan orang yang sukses dengan mereka yang gagal.

Banyak tokoh-tokoh yang sukses dari trading maupun investing. Sebagai contoh: George Soros adalah tipe investor yang lebih mengarah kepada trading, sedangkan Warren Buffett murni merupakan valne investor jangka panjang. Artinya kedua tipikal sama-sama menawarkan kesempatan untuk sukses…., asal dilakukan dengan cara yang benar.

Namun, ada lagi sekelompok orang yang bukan melakukan trading ataupun investing. Mereka ini adalah orang-orang yang “menceburkan” uangnya ke dunia saham hanya dengan mengandalkan feelings, sangat mirip dengan ciriciri penjudi amatir. Mereka menutup mata rapat-rapat, dari mata-hati sampai mata-kaki, atas ilmu-ilmu (knowledge) yang seharusnya dipelajari terlebih dahulu supaya mendapatkan keterampilan (skill) yang dibutuhkan untuk sukses. Terkadang mereka juga sangat mengandalkan hot-tips dari kiri kanan, hanya demi memenuhi hasrat untuk “kaya-raya secepat kilat”. Melakukan trading tanpa terlebih dahulu memahami Technical Analysis ibarat “orang buta menyeberang jalan tanpa dituntun”.

Di Wall Street ada sebuah pepatah yang mengatakan: “The market ahways be thereforyou, areyou always be thereforthe market? Artinya: Anda tidak usah terburuburu dalam berinvestasi, santai saja… Anda ibarat berada di sebuah restoran all you can eat, yang mana opportunity takkan pernah habis. Yang terpenting adalah: persiapkan dulu diri Anda sebaik-baiknya.

Tidak peduli apa pun instrumen investasi pilihan Anda, dari Stock sampai Futures, dari Options sampai Bonds, Forex ataupun Commodities, semuanya membutuhkan knowledge tentang Technical Analysis. Melalui buku Ong (2016), saya berusaha membantu semaksimal mungkin, dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang Technical Analysis yang saya peroleh selama menekuni investasi di paper asset.

12.1.2 Kata Pengantar mengawali Materi Teknikal Ampuh

Para analis yang melakukan riset dengan menggunakan data-data teknikal ini disebut sebagai technical analyst, atau juga sering disebut dengan technicalist, technician, atau chartist. Para technicalist ini tidak menggunakan data-data ekonomi untuk mengukur nilai sebenarnya (intrinsic value) dari suatu saham seperti yang dilakukan oleh para fundamentalist, tetapi menggunakan grafik (charts) yang merekam pergerakan harga dan jumlah transaksi (volume) untuk mengidentifikasi suatu pola pergerakan harga yang terjadi di pasar.

Supaya lebih mudah dimengerti, perbedaan fundamentalist dengan technicalist dapat diibaratkan seperti orang yang sedang berbelanja di mail. Para fundamentalist pergi ke setiap toko yang ada di dalam mal, mempelajari nilai barangnya (intrinsic value), baru kemudian mengambil keputusan untuk membeli. Sedangkan seorang technicalist duduk dan memperhatikan orangorang yang keluar masuk serta berbelanja di toko-toko tersebut, baru kemudian mengambil keputusan berdasarkan hal itu tanpa mengukur nilai intrinsiknya sendiri.

Ada tiga pemikiran yang menjadi dasar technical analysis, yaitu:

  1. Pergerakan harga yang terjadi di pasar telah mewakili semua faktor lain (market action discounts everything).
  2. Terdapat suatu pola kecenderungan dalam pergerakan harga (prices move in trends).
  3. Sejarah akan terulang (bistory repeats itself).

Para technicalist meyakini bahwa segala sesuatu yang bisa memengaruhi harga saham-baik dari segi fundamental, politik, maupun faktor-faktor lainnya-secara psikologi sebenarnya telah tercermin pada pergerakan harga yang terjadi di pasar. Hal ini dikarenakan Hukum Penawaran dan Permintaan (Supply Demand) yang membentuknya. Dari dasar hukum ekonomi ini para technicalist menyimpulkan bahwa jika harga naik, apapun alasan di balik kenaikan harga tersebut, demand pasti lebih besar daripada supphy dan dari sisi fundamental mestinya bullish. Sebaliknya, jika harga turun, supply pastilah lebih besar daripada demand dan dari sisi fundamental mestinya bearish.

12.2 Chart Saham Uptrend

Code
import pandas as pd
import matplotlib.pyplot as plt

# Data harga saham fiktif
data = {
    "Tanggal": pd.date_range(start="2025-10-01", periods=10, freq="D"),
    "Harga": [100, 102, 105, 107, 110, 112, 115, 118, 120, 125]
}

df = pd.DataFrame(data)

# Plot
plt.figure(figsize=(10,5))
plt.plot(df["Tanggal"], df["Harga"], marker='o', linestyle='-', color='green', linewidth=2)
plt.title("Contoh Chart Saham Uptrend")
plt.xlabel("Tanggal")
plt.ylabel("Harga (Rp)")
plt.grid(True)
plt.show()

12.3 Cara membaca grafik

Garis horizontal di bagian bawah grafik menerangkan periode waktu yang ditampilkan pada grafik tersebut, atau disebut dengan garis periode waktu. Semakin ke kanan menunjukkan keterangan waktu yang semakin maju.

Garis vertikal di sebelah kanan grafik yang menerangkan harga disebut dengan garis keterangan harga. Semakin ke atas menunjukkan harga yang semakin tinggi.

Garis diagonal yang zigzag di dalam grafik menerangkan riwayat pergerakan nilai harga saham dari wak tu ke waktu.

Singkatnya, technical analysis memprediksi pergerakan arah dengan menganalisis aksi pasar, sedangkan fundamental analysis fokus dengan datadata keuangan untuk mencari nilai yang sesungguhnya atau intrinsic value dari suatu saham. Jika harga pasar di atas intrinsic value maka hal ini disebut overpriced tindakan yang harus diambil adalah aksi jual. Sebaliknya jika harga pasar di bawah intrinsic value, maka disebut undervalued tindakan yang harus diambil adalah aksi beli. Namun, technicalist percaya bahwa efek adalah segala yang dibutuhkannya, alasan atau penyebabnya tidaklah penting. Sebaliknya, para fundamentalist, harus selalu mengetahui alasan dan penyebabnya terlebih dahulu. Baik technical analysis maupun fundamental analysis keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memprediksi arah pasar, hanya saja metode pendekatan yang mereka lakukan berbeda.

Sulit untuk mengatakan mana yang lebih baik, namun secara garis besar technical analysis mempunyai dampak lebih bagi para traders yang mempunyai jangka waktu (time frame) yang lebih pendek, sedangkan fundamental analysis digunakan oleh para investors yang memiliki pandangan (vien) dengan jangka waktu lebih panjang.

May, Teguh. 2010. Analisis Teknikal Untuk Profit Maksimal. Jakarta, Indonesia: Gramedia Pustaka Utama.
Ong, Edianto. 2016. TECHNICAL ANALYSIS for Mega Profits. 1st ed. Jakarta, Indonesia: Gramedia Pustaka Utama.
Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. 4th ed. Yogyakarta, Indonesia: UPP STIM YKPN.